Saya masih ingat pertama kali jajan mas es lilin pada waktu kelas 1 SMP yakni sekitar tahun 1997, mas ini mendorong
gerobak es yang sederhananya sampai di asrama sekolahku, sekolahku SMP di
Pesantren Nurul Falah Kawatuna Palu. FYI, Pesantren ini berada diatas bukit,
berada tepat diujung jalan pasar Lasoani, dekat dengan kafe Panorama, sekarang
baru saya sadari perjuangan bapak itu mencari pembeli es sampai di sekolahku,
luar biasa!! Apalagi setelah diukur dari google earth jarak dari jalan raya ke
Pesantrenku adalah + 1.76km terus menanjak sambil dorong gerobak jalan
kaki pula, tambah lagi masih sedikit penduduk di areal ini di tahun 1997, mungkin peluang
mendapat untung sangat kecil malah rugi tenaga buat mendorong sejauh 1.76km
yang menanjak. lihat pengukuran dari Google earth dengan profil ketinggian
Saya jadi berpikir orientasi usaha bapak ini hanyalah
menyenangkan para penikmat es lilin bukan berorientasi bisnis atau mencari
untung semata, jaman sekarang sangat sulit ditemukan orang seperti bapak ini.
Sekarang tahun 2015 jaman modern, semuanya mudah di dapat, gedung-gedung
tinggi bertaburan, pusat perbelanjaan, tempat hiburan dimana2, dan kehidupan
kota palu makin terasa sibuk dan mulai macet. Waktu mau menuju tempat kerja,
35 Tahun yang lalu sampai sekarang |
Tidak menyangka, akan bertemu lagi dengan bapak penjual es dari kalikoa
ini, saya selalu terharu melihat bapak masih kuat berjualan es lilin,
subhanallah. Mungkin penduduk kota palu dan sekitarnya masih ingat dengan bapak
penjual es lilin, gerobak sederhana, berwarna polos hijau sekarang sudah ganti
warna jadi biru dan hanya jalan kaki!, sederhana sekali , tapi luar biasa
sampai sekarang bisa bertahan.
Bapak penjual es dari kalikoa
ini, modelnya masih sama, gerobaknya sama, jalannya lincah, saya abadikan lewat
kamera ponsel, ternyata si bapak sekarang makin tua, dan masih lincah dorong
gerobaknya, akhirnya saya putuskan beli es lilin si bapak, saya standar motor
dan menunggu bapak datang, maklumlah saya naik motor bapak jalan kaki,
Bapak: pake apa?
Saya : kasih yang pake roti ini, berapa ini pak,
Bapak: 2500 satu
Saya : iye, kasih itu saja pake roti
Saya : Mas masih jual es, masih kuat mas? Mas dulu jualan es di Pesantren
Kawatuna
Bapak : oh Iya Pak, sudah 35 tahun saya jual es, kadang sampai biromaru
pernah sampai maranata (saya kaget, jauhnya perjalanan jualan es ini bapak)
Saya : Jalan kaki itu mas?
Bapak : Iya Jalan Kaki pak, kalo naik motor belakang saya sakit, mata juga
kurang
Saya: .... (subhannallah ini bapak, saya sampai tidak bingung mau tanya2 lagi ) ini uang nya mas, sisanya ambil saja
Bapak : Terima Kasih pak (Bapak sudah berkurang penglihatannya, waktu
terima uang keliatannya beliau berdoa)
Saya : sama2 mas
Ah, memang luar biasa ini bapak, di usia yang tua, 35 tahun jualan es lilin
dorong gerobak sampai keluar kota palu Cuma jalan kaki, saya saja jalan 200m
sudah pegal badan, katanya tadi sampai
maranata, maranata itu 17km dari palu, aduh kuatnya ini bapak.
Melihat
perjuangan Bapak penjual es lilin ini seharusnya dapat mengambil
pelajaran bahwa kita jangan mudah menyerah dalam mencari rejeki, bekerja
apapun asalkan halal dan tidak meminta2, tidak banyak mengeluh dan selalu bersyukur berapapun yang diterima serta bekerja tidak saja mengenai materi, tapi
bekerja dengan ikhlas dan tanggung jawab atas pekerjaan, jika bapak ini bekerja
hanya mengejar materi mungkin sudah lama bapak ini akan beralih ke profesi lain.
Semoga Bapak ini terus diberi kekuatan, ketabahan, dan rejeki yang melimpah
atas usahanya berjualan es lilin serta semua keinginannya akan tercapai, amin.
kisah inspiratif di sekitar kita,
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih dan Berkunjung, sukses selalu buat anda